................................
Liputan00 | Admin : Sign in

Ramadhan Perbaikan

Wednesday, September 17, 2008

Share this history on :

Banyak ungkapan syukur terucapkan ketika bulan Ramadhan tiba. Ungkapan itu bukan sekedar ungkapan basa-basi. Namun sebenarnya aura Ramadhan mulai mendatangi semua orang. Auranya pun bukan hanya dapat dirasakan oleh Umat Islam. Umat yang beragama lain pun ikut merasakannya. Kalau tidak percaya, tanyakan ke teman Anda yang non muslim, apakah ada nuansa berbeda ketika Ramadhan tiba? Saya yakin nyaris 100 % mereka akan bilang ada. Itulah salah satu gambaran bagaimana bulan Ramadhan menunjukkan pamornya sebagai Bulan Suci, penuh keagungan serta ungkapan keruhanian lainnya.

Sebagai ungkapan rasa syukur, bulan Ramadhan selayaknya diisi dengan berbagai aktivitas tarbiyyah (pendidikan) untuk meraih kualitas akhlak dengan ketaqwaan kepada Allah Swt. Seperti difirmankan dalam Al-Qur’an Qs 2:183:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS 2:183).

Ayat diatas menjelaskan bahwa orang beriman mempunyai kewajiban puasa yang merupakan tradisi keruhanian sejak zaman sebelumnya. Tujuan puasa dengan menahan haus dan lapar dengan melakukan pendidikan ruhaniah adalah untuk mencapai derajat taqwa.

Ketaqwaan yang dicapai melalui puasa ramadhan adalah ketakwaan yang menunjukkan totalitas optimum manusia beriman (yaitu al-Mukminun, simak QS 23) di hadapan Allah. Totalitas itu mencakup seluruh aktivitasnya yang seharusnya merupakan refleksi dari kemuliaan dan kesucian Allah SWT yang nyata di dalam kehidupan manusia serta makhluk lainnya.

Dalam pandangan Agama Islam, kemuliaan dan kesucian Allah hanya tampil kepada manusia yang patuh pada perintah dan larangan Allah yaitu al-Mukmin (QS 40). Jadi, dalam puasa yang wajib, manusia yang asalnya semua beriman dididik untuk menyatakan BUKTI keberimanan kepada Allah SWT itu secara nyata yaitu menjadi al-Mukmin dengan menjalankan aktivitas-aktivitas yang mulia kepada sesamanya, kepada lingkungannya maupun kepada semua makhluk.

Karena itu, ibadah lain yang dilakukan di bulan Ramadhan seperti bersedekah, menjalin silaturahim, beraktivitas dikantor, bertutur kata, menulis maupun bentuk kegiatan lainnya semestinya dapat dimaknai secara lebih mendalam. Untuk bisa merasakan kedalaman makna dari semua perbuatan baik itu, manusia diwajibkan berpuasa sebagai bagian dari pendidikan yang menghaluskan dan memurnikan jiwa. Jadi, puasa secara langsung dimaksudkan juga untuk mempertajam daya tangkap manusia terhadap semua gerak gerik kehendak Allah, baik melalui perbuatan maupun melalui peristiwa yang kita alami sehari-hari, baik yang ghaib maupun yang nyata.

Bila seseorang yang beriman tidak bersungguh-sungguh untuk meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah Swt melalui ibadah Ramadhan, maka dia tidak mendapatkan apa-apa dari Allah kecuali hanya sekedar menahan lapar dan haus saja. Padahal Allah sendiri tidak membutuhkan lapar dan hausnya seseorang. Rasulullah Saw bersabda:

Barangsiapa yang (puasa tapi) tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya (HR. Bukhari).

Sebagai makhluk yang dididik Allah tentunya kepatuhan makhluk menjadi penting seperti halnya kepatuhan seorang murid terhadap gurunya. Siapa yang patuh pada perintah dan larangan pada akhirnya dialah yang telah menerima keberuntungan untuk mencapai tujuan dinyatakannya bulan Ramadhan sebagai suatu ibadah yaitu ketaqwaan hamba.

Allah sesungguhnya hanya menginginkan segala nama, sifat dan perbuatanNya terefleksikan di alam nyata berupa akhlak manusia yang mulia yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara begitu, Allah sebenarnya mengajarkan kepada manusia supaya jangan mencari-cari keajaiban DiriNya dengan khayal dan angan-angan yang tidak karuan. Carilah keajaiban pada dirimu sendiri dan di alam semesta dengan mengaktualkan akhlak yang mulia bukan yang tercela.

LINGKARAN PERBAIKAN

Sebagai bulan tarbiyyah, Ibadah Ramadhan erat kaitannya dengan melatih diri agar dapat meningkat ketaqwaan kita kepada Allah. Karena itu, ada yang harus dievaluasi dari kelakuan kita sendiri agar dapat diperbaiki secara intensif di bulan Ramadhan untuk mencapai taqwa. Setiap tahun, selama Ramadhan sebenarnya ada tiga aspek penting yang harus dievaluasi, diperbaiki, dan kemudian di aktualkan kembali.

Pertama, memperbaiki keyakinan Islam secara pribadi sebagai bagian dari kaum yang tertunduk, fakir, dan berserah diri di hadapan Allah agar terhindar dari berbagai penyakit hati dan pikiran yang bersumber pada hawa nafsu yang tidak terkendalikan. Kalau kita simak QS 91:7-10 ditegaskan bahwa hawa nafsu yang fitri manusia dapat menjadi jahat atau taqwa. Dan semua itu tergantung bagaimana kita menyucikan dan memurnikan kembali nafsu kita denagn cara mendidiknya.

Nafsu yang dididik menjadi taqwa akan mencapai suatu keadaan dimana seseorang akan selalu merasa diawasi Allah SWT. Perasaan diawasi oleh Allah menjadi begitu penting dalam kehidupan seorang muslim. Merasa diawasi merupakan kondisi ruhani yang hadir karena kedekatanNya. Dengan demikian, seorang Muslim yang menjalankan shaum Ramadhan tidak berani menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan Allah. Ketidakberanian ini bukan sekedar muncul dari rasa takut tidak masuk surga atau pun takut neraka. Namun dari kesadaran bahwa Allah SWT benar-benar melihatnya, dan diapun melihatNya. Inilah dimensi lain dari mulai hadirnya kesadaran dengan kualitas Ihsan dalam diri seorang Mukmin yang menyadari kehambaanNya. Kalau Anda merasakan hal demikian, maka pertahankanlah kondisi itu, karena mungkin saja keadaan demikian akan lenyap atau berkurang. Kesadaran itu juga muncul karena yakin bahwa setiap perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan setiap manusia ada pertanggung-jawabannya dihadapan Allah secara langsung. Tak ada sandaran yang dapat digunakan untuk menolak tanggung jawab pribadi di hadapan Allah. Hal ini ditegaskan dalam firmanNya:

Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al kitab (Al-Qur’an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka petunjuk itu untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian dirinya sendiri), dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka (QS 39:41).

Disamping itu pada ayat lain Allah SWT juga berfirman:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggungan jawabnya (QS 17:36).

Puasa melatih kita untuk selalu dalam pengawasan Allah, menghargai waktu, disiplin dan sebagainya, sehingga dari ibadah ini insya Allah akan kita capai perbaikan keimanan dengan Islam dan Ihsan ke arah yang lebih baik.

Kedua, memperbaiki kualitas keislaman dalam lingkup keluarga. Hal ini bisa kita lakukan dengan lebih menkondisikan suasana pengamalan ajaran Islam dalam kebersamaan sebagai suatu keluarga. Pengamalan ini mencakup aktivitas ritual dan perbuatan sehari-hari. Aktivitas ritual seperti tadarus dan tadabbur (mengkaji) Al-Qur’an, sahur bersama, buka puasa bersama, tarawih bersama, ceramah pengetahuan agama dan memperkokoh hubungan dengan sesama anggota keluarga. Suasana kumpul bersama keluarga di rumah pada bulan Ramadhan diperbanyak sehingga tercipta keakraban dan keharmonisan hubungan antar keluarga yang berdampak sangat positif dalam upaya memperbaiki keislaman anggota keluarga.

Bagi keluarga, bulan Ramadhan hendaknya merupakan momentum yang sangat baik untuk memperbaiki keislaman anggota keluarga agar menjadi kebiasaan hidup di masa selanjutnya. Jadi, keberhasilan dalam lingkup keluarga bukan sekedar hanya menjadi tujuan di bulan Ramadhan saja, namun menjadi bagian dari cara semua anggota keluarga untuk menjalani kehidupan dengan bekal yang memadai baik untuk dunia maupun akhirat. Karena setiap tahun ramadhan selalu datang, maka peningkatan kualitas harus diusahakan dari tahun ke tahun.

Keluarga merupakan fondasi dari masyarakat. Kalau hubungan didalam keluarga rapuh, maka kerapuhan ini tercermin pada kondisi masyarakat secara umum. Rusaknya struktur sosial di masyarakat, setidaknya menyatakan kerapuhan dalam keluarga yang membangun masyarakat tersebut. Karenanya, memperbaiki keislaman keluarga merupakan tanggung jawab kita bersama. Khususnya bagi seorang suami atau bapak, maka seorang bapak harus memperbaiki keislaman dirinya terlebih dahulu baru memperbaiki keislaman keluarganya.

Keluarga harus kita didik dengan cara yang benar sesuai dengan tuntutan zaman dan sesuai dengan kaidah-kaidah Agama Islam. Allah mengancam manusia dengan adzab yang sangat pedih bagi siapa saja yang tidak memelihara keluarganya dengan ketaqwaan kepada-Nya. Dalam QS 66:6 difirmankanNya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS 66:6)

Ketiga, memperbaiki keislaman masyarakat. Bagi Umat Islam, terwujudnya masyarakat yang berkepribadian Islami merupakan sesuatu yang sangat penting. Nilai-nilai Islami yang ada di masyarakat sebenarnya sudah banyak yang telah menjadi nilai-nilai positif. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang Berketuhanan Yang Maha Esa dan mempunyai keadilan dan keseimbangan sistemik sebagai fondasinya. Dari keadaan tersebut, maka dapat dihadirkan disiplin, ketertiban, produktifitas, kedamaian dan ketenangan hidup yang dapat sama-sama kita rasakan.

Kehidupan masyarakat islami adalah kehidupan yang terarah pada nilai-nilai kebenaran Tuhan sebagai al-Haqq dimana semua tindakan manusia merefleksikan kemuliaan dan kesucian Tuhan serta semua asma, sifat dan perbuatanNya. Masyarakat demikian tidak akan mentolerir tindakan-tindakan menyimpang yang dapat merusak seluruh keseimbangan dan keadilan sistem kehidupan. Paling tidak, peluang untuk melakukan kerusakan di muka Bumi dapat diperkecil. Dari sini masyarakat akan memiliki harapan yang lebih besar terhadap masa depan yang cerah dan sejahtera.

* SUMBER
atmoon.multiply.com/journal/item/159/Lingkaran_Hikmah_Ramadhan_ - 39k –
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 comments:

Post a Comment

Berita Popular